KESEIMBANGAN HARGA (INFLASI)
Pengantar Ekonomi Makro
Dosen Pengampu : Encep Saefullah, SH., MM
oleh,
1.
Bagus Nadran Fuadi : 11150277
2.
Desi :
1115
3.
Devi Annisa :
11150545
4.
Maman : 1115
5.
Pujiyanti :
11150269
6.
Sakinatul :
1115
7.
Sanjaya :
11150281
8.
Suci Laelatul Damayanti : 11150302
9.
Sufaat :
11150429
10. Vera Handayani : 11150546
11. Wulan Sari Nur
Awaliah : 11150377
Kelompok 2
Kelas : 2J - MA
Manajemen S-1
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bina Bangsa
2016
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini. Dalam
proses penyusunan tugas ini penyusun menemui beberapa hambatan, namun berkat
dukungan materil dari berbagai pihak, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan
tugas ini dengan cukup baik. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini penyusun
menyampaikan terimakasih kepada semua pihak terkait yang telah membantu
terselesaikannya tugas ini.
Penyusun
menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, segala
saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat penyusun harapkan demi
perbaikan pada tugas selanjutnya. Harapan penyusun semoga tugas ini bermanfaat
khususnya bagi penyusun dan bagi pembaca lain pada umumnya.
Serang, 2016
Penyusun,
Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................. i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
A. Latar
Belakang ............................................................. 1
B. Rumusan
Masalah......................................................... 2
C. Tujuan............................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................... 3
A.
Pengertian Inflasi ......................................................... 3
B.
Penyebab Inflasi............................................................ 4
C.
Penggolongan Inflasi..................................................... 5
D.
Dampak Inflasi ............................................................. 7
E.
Cara Mencegah Inflasi ................................................. 8
F.
Cara Mengatasi Inflasi ................................................. 10
G.
Peran Bank Sentral ....................................................... 11
BAB III PENUTUP................................................................................... 12
A.
Simpulan........................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Keberadaan
permasalahan inflasi dan tidak stabilnya sektor riil dari waktu ke waktu
senantiasa menjadi perhatian sebuah rezim pemerintahan yang berkuasa serta
otoritas moneter . Lebih dari itu, ada kecenderungan inflasi dipandang sebagai
permasalahan yang senantiasa akan terjadi . Hal ini tercermin dari kebijakan
otoritas moneter dalam menjaga tingkat inflasi. Setiap tahunnya otoritas
moneter senantiasa menargetkan bahwa angka atau tingkat inflasi harus
diturunkan menjadi satu digit atau inflasi moderat.
Permasalahan
tersebut menimbulkan reaksi para ahli ekonomi Islam modern, seperti Ahmad
Hasan, Hifzu Rab, dan ‘Umar Vadillo, yang menyerukan penerapan kembali mata
uang dînâr dan dirham sebagai jalan keluar penyelesaian kasus-kasus transaksi
inflasioner di dunia ekonomi modern. Mereka beralasan bahwa mata uang logam
mulia dînâr dan dirham dapat menjamin keamanan transaksi karena keduanya
memberikan keseimbangan nilai terhadap setiap komoditas yang ditransaksikan.
Gagasan ini memberikan akses terwujudnya ekonomi makro yang kuat dengan
dukungan penuh mata uang yang berbasis kekuatan riil materialnya. Terjadinya
inflasi dapat mendistorsi harga-harga relatif, tingkat pajak, suku bunga riil,
pendapatan masyarakat akan terganggu, mendorong investasi yang keliru, dan menurunkan
moral. Maka dari itu, mengatasi inflasi merupakan sasaran utama kebijakan
moneter. Pengaruh inflasi cukup besar pada kehidupan ekonomi, inflasi merupakan
salah satu masalah ekonomi yang banyak mendapat perhatian para ekonom,
pemerintah, maupun masyarakat umum. Berbagai teori, pendekatan dan kebijakan
dikembangkan supaya inflasi dapat dikendalikan sesuai dengan yang diinginkan.
B.
Rumusan
masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dalam
penulisan makalah ini kami
mengemukakan perumusan masalah sebagai berikut :
1.
Apa yang dimaksud dengan Inflasi
?
2.
Apa yang menjadi penyeban
terjadinya Inflasi ?
3.
Apa saja penggolongan dalam Inflasi
?
4.
Apa dampak dari adanya Inflasi ?
5.
Bagaimana cara mencegah
terjadinya Inflasi ?
6.
Bagaimana cara mengatasi
terjadinya Inflasi ?
7.
Apa Peran Bank Sentral ?
C.
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka
tujuan dalam makalah ini sebagai berikut :
1.
Mengetahui apa yang dimaksud
dengan Inflasi.
2.
Mengetahui apa yang menjadi
penyeban terjadinya Inflasi.
3.
Mengetahui apa saja penggolongan
dalam Inflasi.
4.
Mengetahui apa dampak dari adanya
Inflasi.
5.
Mengetahui bagaimana cara
mencegah terjadinya Inflasi.
6.
Mengetahui bagaimana cara
mengatasi terjadinya Inflasi.
7.
Mengetahui Peran Bank Sentral.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Inflasi
Dalam
ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum
dan terus-menerus (continue)
berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di
pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat
adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga
merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah
proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya,
tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi
adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika
proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling
pengaruh-memengaruhi.
Istilah
inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang
kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk
mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP
Deflator.
Inflasi
dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan, sedang, berat,
dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah
angka 10% setahun; inflasi sedang antara 10%—30% setahun; berat antara 30%—100%
setahun; dan hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga
berada di atas 100% setahun.
B.
Penyebab Inflasi
Inflasi
dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan
likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah desakan (tekanan) produksi
dan/atau distribusi (kurangnya produksi/product
or service dan/atau juga termasuk kurangnya distribusi). Untuk sebab
pertama lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank
Sentral), sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam
kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah (Government) seperti fiskal
(perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif), kebijakan pembangunan
infrastruktur, regulasi, dll.
Inflasi permintaan (demand
pull inflation) terjadi akibat adanya permintaan
total yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di
pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat
harga. Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan
terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap
faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya permintaan terhadap faktor
produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi,
inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total se-waktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment dimanana biasanya lebih
disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang berlebihan.
Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang
utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang,
kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di
sektor industri keuangan.
Inflasi desakan biaya (cost push
inflation) terjadi akibat adanya kelangkaan
produksi dan atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan
secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan. Adanya
ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau berkurangnya produksi yang tersedia
dari rata-rata permintaan normal dapat memicu kenaikan harga sesuai dengan
berlakunya hukum permintaan-penawaran, atau juga karena terbentuknya posisi
nilai keekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau skala
distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat
berbagai hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi (pabrik,
perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk
menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi (penimbunan), dll, sehingga memicu
kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu juga hal yang sama
dapat terjadi pada distribusi, di mana dalam hal ini faktor infrastruktur
memainkan peranan yang sangat penting.
C.
Penggolongan Inflasi
1.
Berdasarkan Parah
Tidaknya Inflasi
a)
Inflasi Ringan (Di
bawah 10% setahun)
b)
Inflasi Sedang
c)
Inflasi Berat (
antara 50-100% setahun)
d)
Hiper Inflasi (di
atas 100% setahun)
Laju inflasi dapat berbeda antar asatu
Negara dengan Negara lainnya atau dalam satu Negara dalam waktu yang berbeda.
Atas dasar besarnya laju inflasi maka Inflasi dapat di bagi ke dalam tiga
kategori yaitu :
a)
Inflasi merayap (creeping Inflation)
Di tandai dengan laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% pertahun).
Kenaikan harga berjalan secara lambat, dengan persentase yang kecil serta dalam
jangka yang relatif lama.
b)
Inflasi Menengah (galloping Inflation)
Ditandai dengan laju inflasi yang cukup besar dalam waktu yang relatif
pendek serta mempunyai sifat akselerasi (harga dalam waktu mingguan atau
bulanan) efeknya terhadap perekonomian lebih besar daripada inflasi yang
merayap (creeping inflation).
c)
Inflasi tinggi (Hyper inflation)
Merupakan inflasi yang paling parah akibatnya harga-harga naik sampai 5
atau 6 kali lipat. Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk menyimpan uang
sebab nilai uang merosot dengan tajam sehingga perputaran uang semakin cepat
dan harga naik secara akselerasi. Biasanya keadaan ini timbul apabila
pemerintah mengalami defisit anggaran belanja yang dibelanjakan dan ditutupi
dengan mencetak uang.
2.
Berdasar Sebab
musabab awal dari Inflasi
a)
Demand Inflation, karena permintaan
masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat akibat tingkat harga
umum naik (misalnya karena bertambahnya pengeluaran perusahaan).
b)
Cost Inflation, karena kenaikan
biaya produksi. Inflasi jenis ini timbul karena kenaikan ongkos produksi. Inflasi ini
dikenal dengan istilah cost-push
inflation atau supply inflation.
c)
Inflasi campuran. Kedua macam inflasi
yang telah dijelaskan di atas jarang sekali di jumpai dalam praktik
sehari-hari. Pada umumnya, inflasi yang terjadi di berbagai negara merupakan
campuran dari kedua macam inflasi tersebut. Inflasi campuran merupakan campuran
antara inflasi permintaan (demand-pull
inflation) dan inflasi biaya (cost-push
inflation).
3.
Berdasar asal dari
inflasi
a)
Domestic Inflation, Inflasi yang
berasal dari dalam negeri. Kenaikan harga disebabkan karena adanya perilaku masyarakat maupun perilaku
pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan-kebijakan. Kenaikan harga-harga tejadi
secara absolut yang berdampak terjadinya inflasi atau semakin meningkatnya
angka (laju) inflasi.
b)
Imported Inflation, Inflasi yang
berasal dari luar negeri
karena adanya pengaruh kenaikan harga dari luar
negeri. Kenaikan harga di dalam negeri terjadi karena dipengaruhi oleh kenaikan
harga dari luar negeri terutama barang-barang impor atau kenaikan bahan baku
industri yang masih belum dapat diproduksi di dalam negeri. Kenaikan Indeks
Harga Luar Negeri (IHLN) akan mengakibatkan kenaikan pada Indeks Harga Umum
(IHU) dan Indeks Harga Dalam Negeri (IHDN) yang secara otomatis ikut
mempengaruhi laju pertumbuhan inflasi di dalam negeri.
D.
Dampak Inflasi
Inflasi
memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung parah atau tidaknya
inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif
dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan
pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan
mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada
saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian
menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat
kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat
dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau
karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi
harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke
waktu.
Bagi
masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil
contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang
pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun pada tahun 2003 -atau
tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah.
Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti
misalnya pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya
dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat
inflasi.
Inflasi
juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin
menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di
atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia
usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha
membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.
Bagi
orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena
pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah
dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang
meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih
rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.
Bagi
produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih
tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan
menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen,
maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan
produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju
inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada
pengusaha kecil).
Secara
umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara,
mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat
spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit
neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan
masyarakat.
E.
Cara Mencegah Inflasi
1.
Kebijakan Moneter
Kebijakan
ini adalah kebijakan yang berasal dari bank sentral dalam mengatur jumlah uang
yang beredar melalui instrument-instrumen moneter yang dimiliki oleh bank
sentral. Melalui instrument ini diharapkan peredaran uang dapat diatur dan
inflasi dapat di kendalikan sesuai dengan yang telah ditargetkan sebelumnya.
Terdapat tiga kebijakan yang dapat di tempuh bank sentral dalam mengatur
inflasi :
a)
Kebijakan Diskonto (discount policy) adalah kebijakan bank
sentral untuk mempengaruhi peredaran uanng dengan jalan menaikkan dan
menurunkan tingkat bunga. Kaitannya dengan bank syari'ah yaitu dengan jalan
menaikkan dan menurunkan tingkat nisbah bagi hasil.
b)
Operasi Pasar Terbuka yaitu
dengan jalan membeli dan menjual surat-surat berharga.
c)
Kebijakan Persediaan Kas (cash ratio policy) yaitu kebijakan bank
sentral untuk mempengaruhi peredaran uang dengan jalan menaikkan dan menurunkan
presentasi persediaan kas dari bank.
2.
Kebijaksanaan Fiskal
Kebijaksanaan
fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serrta perpajakan
yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian
akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permintaan
total. Kebijakan fiskal yang berupa pengurangan pengeluaran pemerintah serta
kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan total, sehingga inflasi dapat
ditekan.
3.
Kebijaksanaan yang berkaitan
dengan Output
Kenaikan
Output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai
misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk sehingga impor barang
cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang didalam negeri cenderung
menurunkan harga.
4.
Kebijaksanaan Penentuan Harga
dan Indexing
Ini
dilakukan dengan penentuam ceiling harga, serta mendasarkan pada indeks harga
tertentu untuk gaji ataupun upah (dengan demikian gaji/upah secara riil tetap).
Kalau indeks harga naik maka gaji/upah juga dinaikan.
5.
Kebijakan Lain
a)
Peningkatan Produksi. Meski
jumlah uang beredar bertambah jika di iringi dengan peningkatan produksi, maka
tidak akan menyebabkan inflasi. Bahkan hal ini menunjukkan adanya peningkatan
kemampuan ekonomi.
b)
Kebijakan Upah. Inflasi dapat
diatasi dengan menurunkan pendapatan yang siap dibelanjakan (disposable income) masyarakat.
c)
Pengawasan Harga.
Kecenderungan dinaikkannya harga oleh pengusaha dapat diatasi dengan adanya
pengawasan harga pasar.
6.
Perbaikan Prilaku Masyarakat
Dalam
mengatasi inflasi, selain kebijakan-kebijakan di atas perlu adanya perbaikan prilaku
masyarakat. Sesungguhnya stabilitas nilai mata uang tidak didasarkan kepada zat
mata uang, sehingga berefek pada tindakan revolusioner yang mengubah seluruh
zat mata uang dari kertas ke logam mulia emas dan perak, melainkan dengan
perbaikan perilaku ekonomi manusia yang berada di sekitar mata uang tersebut.
F.
Cara Mengatasi Inflasi
Untuk mengatasi terjadinya Inflasi, bisa dilakukan kebijakan uang ketat
meliputi :
1.
Peningkatan tingkat suku bunga
2.
Penjualan surat berharga
3.
Peningkatan cadangan Kas
4.
Pengetatan pemberian kredit
Dalam pemulihan makro ekonomi, tim ekonomi
pemerintah harus mampu menciptakan kestabilan makro ekonomi, dengan menekan
inflation rate menjadi single digit, sekitar 8%. Makro ekonomi yang menyangkut
tiga komponen yaitu interest rate,
inflation rate dan exchange rate,
yang semuanya saling tergantung dan saling mempengaruhi satu sama lain. Di sisi
lain, dengan diturunkannya BI rate, hal tersebut berpengaruh pada turunnya suku
bunga perbankan dan akan mendorong investor menanamkan investasi lebih banyak.
Aktivitas perekonomian terus berputar. Dengan demikian akan mampu menyerap
tenaga kerja dalam jumlah yang besar secara bertahap, sehingga pendapatan
masyarakat akan ikut naik. Dalam rangka menungkatkan iklim investasi secara
nasional guna menanggulangi dan meningkatkan di sektor riil.
G.
Peran Bank Sentral
Bank
sentral memainkan peranan penting dalam mengendalikan inflasi. Bank sentral
suatu negara pada umumnya berusaha mengendalikan tingkat inflasi pada tingkat
yang wajar. Beberapa bank sentral bahkan memiliki kewenangan yang independen
dalam artian bahwa kebijakannya tidak boleh diintervensi oleh pihak di luar
bank sentral termasuk pemerintah. Hal ini disebabkan karena sejumlah studi
menunjukkan bahwa bank sentral yang kurang independen salah satunya disebabkan
intervensi pemerintah yang bertujuan menggunakan kebijakan moneter untuk
mendorong perekonomian akan mendorong tingkat inflasi yang lebih tinggi.
Bank
sentral umumnya mengandalkan jumlah uang beredar dan/atau tingkat suku bunga
sebagai instrumen dalam mengendalikan harga. Selain itu, bank sentral juga
berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik. Hal ini
disebabkan karena nilai sebuah mata uang dapat bersifat internal (dicerminkan
oleh tingkat inflasi) maupun eksternal (kurs). Saat ini pola inflation
targeting banyak diterapkan oleh bank sentral di seluruh dunia, termasuk oleh
Bank Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
DAFTAR PUSTAKA
Hera Novi Yanthi. Makalah Inflasi. http://heranoviyanth.blogspot.co.id/2012/09/makalah-inflasi.html (Diakses
pada tanggal 22 April 2016, pukul 00.43 WIB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar